BAB I
Pendahuluan
Dalam
praktek, kepemimpinan sudah ada semenjak manusia hidup berkelompok. Namun
demikian sebagai ilmu, kepemimpinan baru mendapat sebagai ilmu, kepemimpinan
baru mendapat perhatian sejak timbulnya manajemen ilmiah (scientific
management) yang dipelopori oleh Frederich Winslow Taylor. Di Indonesia masalah
kepemimpinan baru berkembangan sejak berdirinya Lembaga Administrasi Negara
(LAN) tahun 1957.
Masalah
kepemimpinan mengundang berbagai pihak untuk mempelajari dan mengembangkannya,
karena kepemimpinan menduduki tempat yang sangat penting, bahkan sangat
menentukan dalam organisasi modern. Banyak penulis yang telah mencoba
memberikan definisi tentang pengertian kepemimpinan atau leadership.
Ordway
Tead memberikan perumusan sebagai berikut, “Leadership is the activity
influencing people to cooperate toward some goal which they come to find
desirable”. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk
bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Kita juga dapat
memberikan suatu perumusan yang cukup sederhana, bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu guna mencapai
tujuan tertentu.
Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa masalah kepemimpinan tidak terbatas
pada organisasi atau kantor tertentu masalah kepemimpinan juga tidak hanya
menjadi milik atau monopoli seseorang yang menyandang predikat sebagai kepala
atau manajer dalam suatu perusahaan atau kantor.
Kepemimpinan
dapat digunakan oleh setiap orang dalam segala situasi kepemimpinan dapat
dipergunakan oleh setiap orang dalam segala tingkatan dalam organisasi. Hal ini
berarti setiap pimpinan unit dalam organisasi mulai dari pimpinan tertinggi
(puncak) sampai dengan pimpinan unit terendah diharapkan mempunyai kemampuan
untuk mempengaruhi para bawahannya.
Salah
satu kepemimpinan adalah kepemimpinan staf. Yang dimaksud dengan kepemimpinan
staf adalah kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pimpinan pada unit staf
suatu organisasi. Pemimpin staf adalah seorang pimpinan pada unit staff suatu
organisasi. Kepemimpinan staff adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang
pimpinan staf untuk mempengaruhi para anggota staf atau orang lain yang ada
hubungannya dengan tugas pekerjaannya dengan tugas pekerjaannya guna mewujudkan
tugas bantuan staf seperti yang diinginkan oleh pimpinan organisasi.
Jadi
kepemimpinan merupakan aktivitas atau kegiatan, suatu hal yang bersifat
dinamis, yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau leader. Apabila kepemimpinan
menyangkut aktivitasnya (aktivitas mempengaruhi), maka pemimpinan berhubungan
dengan person atau orangnya; orang yang memimpin atau orang menjalankan
kepemimpinan. Pemimpinan adalah orang yang mampu mempengaruhi orang lain dalam
suatu usaha bersama guna mencapai tujuan tertentu. Pemimpin staf adalah orang
yang diserahi tugas untuk memimpin staf dalam menjalankan tugas sebagai
pemimpin organisasi.
Prinsip-prinsip
yang berlaku pada kepemimpinan umum merupakan dasar daripada kepemimpinan khusus.
Artinya, prinsip-prinsip kepemimpinan umum dapat pula berlaku dalam
kepemimpinan khusus. Kepemimpinan khusus adalah kepemimpinan yang lebih
menitikberatkan pada suatu bidang tertentu, misalnya kepemimpinan staf.
Dalam
kepemimpinan pada umumnya, antara lain akan dibahas secara singkat tentang: (1)
teori kepemimpinan, (2) tipe-tipe kepemimpinan, (3) syarat-syarat kepemimpinan
(4) teknik-teknik kepemimpinan.
BAB II
Pembahasan
A. Teori Kepemimpinan
Teori
kepemimpinan membicarakan bagaimana seorang menjadi pemimpin; atau bagaimana
timbulnya seorang pemimpin. Ada beberapa teori tentang kepemimpinan,
diantaranya ialah:
1. Teori Kelebihan, teori ini beranggapan
bahwa seseorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki kelebihan dari para
pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:
a. Kelebihan ratio: ialah kelebihan dalam
menggunakan pikiran, kelebihan dalam pengetahuan tentang hakikat tujuan dari
organisasi, dan kelebihan dalam memiliki pengetahuan tentang cara-cara
menggerakkan organisasi, serta dalam pengambilan keputusan yang cepat dan
tepat. Dengan kelebihan ratio diharapkan seorang pemimpin mampu mengatasi
segala macam persoalan yang dihadapi oleh organisasi. Pimpinan merupakan
tumpuan dari para pengikutnya.
b. Kelebihan rohaniah: berarti seorang
pemimpin harus mampu menunjukkan keluhuran budi pekertinya kepada para bawahan.
Seorang pemimpin harus mempunyai moral yang tinggi karena pada dasarnya
pemimpin merupakan panutan para pengikutnya. Segala tindakan, perbuatan, sikap
dan ucapan hendaknya menjadi suri teladan bagi para pengikutnya.
c. Kelebihan badaniah: berarti seorang
pemimpinan hendaknya memiliki kesehatan badaniah yang lebih dari para
pengikutnya sehingga memungkinkan untuk bertindak dengan cepat. Akan tetapi
masalah kelebihan badaniah ini dapat kita ambil contoh, misalnya kepemimpinan
Panglima Besar Jendral Soedirman, pada jaman revolusi. Meskipun dalam keadaan
sakit, beliau mampu memimpin perang gerilya dan ia sangat disegani. Hal ini
disebabkan oleh karena kewibawaannya dalam memimpin anak buahnya.
Teori Sifat
Pada
dasarnya teori sifat sama dengan teori kelebihan. Teori ini menyatakan bahwa
seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila memiliki sifat-sifat yang
lebih daripada yang dipimpin yang dipimpin. Di samping memiliki tiga macam
kelebihan (ratio, rohaniah, dan badaniah), hendaknya seorang pemimpin mempunyai
sifat-sifat yang positif sehingga para pengikutnya dapat menjadi pengikut yang
baik, dan memberikan dukungan kepada pemimpinnya. Sifat-sifat kepemimpinan yang
umum, misalnya bersifat adil, suka melindungi, penuh percaya diri, penuh
inisiatif, mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif dan kreatif.
Di
masa sekarang, di samping harus memiliki sifat-sifat seperti yang telah diuraikan
di atas, pemimpin diharapkan juga mempunyai sifat mental yang siap membangun.
Mukti Ali (saat masih menjabat sebagai Menteri Agama RI) menyatakan ada
ciri-ciri tertentu dari mental yang siap membangun, yaitu:
1)
Suka
bekerja keras
2)
Sabar
menderita dan menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan
3)
Bersifat
terbuka, suka menerima ide-ide baru karena salah satu sifat dari masyarakat
ialah selalu berubah.
4)
Mau
bekerja sama dengan pihak-pihak lain (perseorangan, badan-badan atau
instansi-instansi) yang mempunyai ide-ide baru dan baik.
5)
Berani
melakukan eksperimen. Kalau tidak berani melakukannya maka tidak akan pernah
timbul ide-ide baru.
6)
Hemat.
Tidak boros.
7)
Teliti
dalam pekerjaan.
8)
Jujur.
9)
Bersifat
mau berbakti atau mempunyai dedikasi.
10) Suku rukun, antara lain rukun dalam
hubungan antar agama. Kerukunan adalah salah satu prasyarat bagi pembangunan.
Teori Keturunan
Teori keturunan disebut juga teori pembawaan
lahir. Ada juga yang menyebut teori genetis. Menurut teori keturunan, seseorang
dapat menjadi pemimpin adalah karena keturunan atau warisan. Karena orangtuanya
seorang pemimpin maka anaknya otomatis akan menjadi pemimpin menggantikkan
orangtuanya. Hal ini berarti, seolah-olah menjadi pemimpin karena ditakdirkan.
Pada zaman penjajahan Belanda, teori ini sering menjadi kenyataan. Misalnya,
apabila ayahnya menjadi bupati, maka anaknya akan menjadi bupati menggantikan
orangtuanya. Pada abad modern dewasa ini, teori ini hanya terdapat pada
negara-negara yang berbentuk monarki (kerajaan), dimana kedudukan sebagai raja
diperoleh karena warisan atau keturunan.
Teori Kharismatis
Teori kharismatis menyatakan bahwa seseorang
menjadi pemimpin karena orang tersebut mempunyai kharisma (pengaruh) yang
sangat besar. Kharisma itu diperoleh dari Kekuatan Yang Maha Kuasa. Dalam hal
ini terdapat suatu kepercayaan bahwa orang itu adalah pancaran dari Zat
Tunggal, dari Tuhan Yang Esa, sehingga dianggap mempunyai kekuatan ghaib
(supranatural power). Pemimpin yang bertipe kharismatis biasanya memiliki daya
tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar. Tokoh-tokoh atau para
pemimpin yang mempunyai tipe kharismatis, misalnya: Panglima Besar Jendral
Sordirman, Ir. Sukarno, John F. Kennedy, Nehru, dan lain-lain.
Teori Bakat
Teori bakat disebut juga teori ekologis, yang
berpendapat bahwa pemimpin itu lahir karena bakatnya. Ia menjadi pemimpin
karena memang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin. Bakat kepemimpinan itu
harus dikembangkan, misalnya dengan memberi kesempatan orang tersebut menduduki
suatu jabatan.
Teori Sosial
Teori sosial beranggapan bahwa pada dasarnya
setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi
pemimpin asal dia diberi kesempatan. Setiap orang dapat dididik menjadi
pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui pendidikan
formal maupun melalui pengalaman praktek. Yang menjadi masalah adalah apakah
orang yang bersangkutan mendapat kesempatan atau tidak. Banyak orang yang
mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi kesempatan tidak pernah
diberikan kepadanya. Sebaliknya, ada sementara pejabat yang sebenarnya tidak
mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin, tetapi ia mendapat kesempatan untuk
memimpin. Apabila orang itu dalam menjalankan kepemimpinan tidak mau
mempelajari ilmu kepemimpinan atau ilmu manajemen maka ia akan memperoleh
cara-cara mempengaruhi orang lain dan bagaimana teknik-teknik kepemimpinan yang
baik.
B.
Tipe-Tipe Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan tipe
kepemimpinan adalah gaya atau corak kepemimpinan yang dibawakan oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
faktor pendidikan, faktor pengalaman, faktor usia, dan faktor karakter, tabiat
atau sifat yang ada pada diri pemimpin tersebut. Orang yang ambisius untuk
menguasai setiap situasi, apabila menjadi pemimpin akan bersifat otoriter.
Orang yang mempunyai sifat kebapakan, apabila menjadi pemimpin akan menjalankan
kepemimpinan yang bertipe paternalistik. Pemimpin yang tidak menguasai bidang
tugas yang menjadi wewenangnya akan menyerahkan segala sesuatunya kepada para
bawahan, sehingga gaya kepemimpinannya bersifat laisser faire.
Dari berbagai leteratur dapat
ditemukan berbagai tipe kepemimpinan, anatara lain:
1)
Tipe
Otokratis
Otokratis berasal dari kata
otokrat, dari kata autos dan kratos. Autos berarti sendiri, dan kratos berarti
kekuatan atau kekuasaan (power). Jadi kepemimpinan otokratis adalah
kepemimpinan yang mendasarkan kepada suatu kekuasaan, kekuatan yang melekat
pada dirinya. Hal ini berarti seseorang menjadi pemimpin karena mempunyai
kekuatan atau kekuasaan (power).
Ciri-ciri kepemimpinan yang
bertipe otokratis antara lain:
a.
Mengandalkan
kepada kekuatan atau kekuasaan yang melekat pada dirinya
b.
Menganggap
dirinya yang paling berkuasa (kuasa tunggal)
c. Menganggap dirinya paling mengetahui
segala macam persoalan, orang lain dianggap tidak tahu.
d. Keputusan-keputusan yang diambil secara
sepihak, tidak mengenal kompromi, sehingga ia tidak mau menerima saran dari
bawahan. Ia bahkan tidak memeberi kesempatan kepada bawahan untuk memberikan
saran, pendapat atau ide.
e. Keras dalam mempertahankan prinsip.
f. Jauh dari para bawahan.
g. Lebih menyukai bawahan yang bersikap
“yesman”, “abs” (asal bapak senang).
h. Perintah-perintah diberikan secara paksa.
i. Pengawasan dilakukan secara ketat agar
perintah benar-benar dilaksanakan.
2)
Tipe
Laisser Faire
Seperti telah diuraikan
diatas, tipe laisser faire pada umumnya dijalankan oleh pemimpin yang tidak
mempunyai keahlian teknis. Tipe laisser mempunya ciri-ciri antara lain:
a. Memberikan kebebasan sepenuhnya kepada
para bawahan untuk melakukan tindakan yang dianggap perlu sesuai dengan bidang
tugas masing-masing.
b. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan
sehingga pemimpin tidak ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.
c. Semua pekerjaan dan tanggungjawab
dilimpahkan kepada bawahan.
d. Tidak mampu mengadakan koordinasi dan
pengawasan yang baik.
e. Tidak mempunyai wibawa sehingga ia tidak
ditakuti apalagi disegani oleh bawahan.
f. Secara praktis pemimpin tidak menjalankan kepemimpinan
sehingga ia hanya merupakan simbol belaka.
Berdasarkan ciri-ciri di atas,
pemimpin dengan tipe laisser faire bukanlah pemimpin dalam arti sebenarnya.
Seorang pemimpin dengan cara apapun diharapkan dapat menggerakkan bawahan
sehingga tujuan oeganisasi dapat tercapai. Cara yang terbaik ialah
mempengaruhi, bukan dengan menakut-nakuti.
3)
Tipe
Paternalistik
Tipe peternalistik adalah tipe
kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin bertindak sebagai seorang bapak
yang selalu memberikan perlindungan kepada para bawahan dalam batas-batas
kewajaran.
Ciri-ciri tipe paternalistik
antara lain:
a.
Pemimpin
bertidak sebagai seorang bapak.
b.
Memperlakukan
bawahan sebagai orang yang belum dewasa.
c. Selalu memberikan perlindungan kepada para
bawahan yang kadang-kadang terlalu berlebihan.
d. Keputusan ada ditangan pemimpin, bukan
karena pemimpin ingin bertindak secara otoriter, tetapi karena keinginan dari
pihak pimpinan yang ingin selalu memberi kemudahan kepada bawahan. Oleh karena
itu para bawahan jarang-jarang bahkan sama sekali tidak memberikan saran kepada
pimpinan. Pihak pimpinanpun jarang meminta saran dari bawahan.
e. Karena keputusan ada ditangan pimpinan,
maka pimpinan menganggap dirinya yang paling mengetahui segala macam persoalan.
4)
Tipe
Militeristis
Tipe Militeristis tidak hanya
terdapat dikalangan militer saja. Tetapi banyak pemimpin instansi (non-militer)
yang menerapkan kepemimpinan dengan tipe militeristis. Tipe militeristis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dalam mengadakan komunikasi, lebih banyak
mempergunakan saluran formal.
b. Dalam menggerakkan bawahan lebih banyak
menggunakan sistem komando/perintah, baik perintah itu secara lisan maupun
secara tertulis.
c. Segala sesuatu bersifat formal
d. Disiplin yang tinggi, kadang-kadang
bersifat kaku.
e. Karena segala sesuatunya melalui perintah,
maka komunikasi hanya berlangsung satu arah sehingga bawahan tidak diberi
kesmpatan untuk mengemukakan pendapat.
f. Pimpinan menghendaki bawahan tidak diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
g. Pimpinan menghendaki bawahan patuh
terhadap semua perintah yang diberikannya.
5)
Tipe
Demokratis
Tipe demokratis jauh berbeda
dengan tipe-tipe yang telah kita bicarakan. Pemimpin yang bertipe demokratis
selalu berada di tengah-tengah para bawahan sehingga ia terlibat dan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi.
Kepemimpinan dengan tipe
demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan
organisasi.
b. Bersifat terbuka.
c. Bawahan diberi kesempatan untuk memberikan
saran-saran, ide-ide baru
d. Dalam mengambil keputusan lebih mengutamakan
musyawarah untuk mufakat, daripada keputusan yang bersifat sepihak. Apabila
musyawarah untuk mufakat tidak berhasil maka ditempuh dengan jalan lain yang
sesuai dengan alam demokratis, misalnya secara votimg.
e. Menghargai potensi setiap individu.
f. Berlangsung dengan mantap. Kemantapan
kepemimpinan demokratis dapat dilihat dalam hal-hal sebagai berikut:
·
Unit-unit
organisasi berjalan lancar, melakukan kegiatan sesuai dengan fungsi
masing-masing.
·
Otoritas
didelegasikan kepada para bawahan.
·
Bawahan
merasa senang, aman, tentram.
·
Semangat
kerja bawahan tinggi, baik ada pimpinan maupun tidak ada pimpinan.
g. Pimpinan sering turba (turun ke bawah)
melakukan pembinaan dan penyuluhan, yang sekaligus melakukan pengamatan
terhadap hasil yang telah dicapai, serta kelemahan-kelemahan atau kekurangan
dan kesulitan yang dihadapi para bawahan.
6)
Tipe
Open Leadership
Sebenarnya tipe open
leadership hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya hanya terletak
dalam hal pengambilan keputusan. Tipe demokratis lebih mengutamakan musyawarah
untuk mufakat sehingga musyawarah dijadikan dasar keputusan. Hasil musyawarah
menjadi keputusan pimpinan. Dalam hal ini berbeda dengan tipe open leadership.
Pimpinan memang memberikan kesempatan kepada para bawahan untuk memeberikan
saran, tetapi keputusan tetap ada ditangan pimpinan.
C.
Syarat-Syarat Kepemimpinan
Syarat-syarat kepemimpinan
dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: (1) persyaratan kepemimpinan pada
umumnya, (2) persyaratan kepemimpinan khusus yang berhubungan dengan ciri khas
masyarakat atau negara, (3) persyaratan kepemimpinan khusus yang berhubungan
dengan jenis kegiatan atau pekerjaan.
1) Persyaratan Kepemimpinan Pada Umumnya
Yang dimaksud dengan
persyaratan kepemimpinan pada umumnya adalah persyaratan kepemimpinan yang
berlaku bagi pemimpin apa saja. Persyaratan kepemimpinan umum meliputi hal-hal
sebagai berikut:
·
Sehat
jasmaniah maupun rohaniah (fisik maupun mental)
·
Bertanggungjawab
dan obyektif dalam sikap, tindakan dan perbuatan. Adil terhadap yang dipimpin.
·
Jujur,
yang meliputi :
a. Jujur terhadap diri sendiri,
b. Jujur terhadap atasan,
c. Jujur terhadap bawahan, dan
d. Jujur terhadap sesama pegawai.
·
Suka
melindungi,
·
Semangat
untuk mencapai tujuan,
·
Cerdas
·
Percaya
pada diri sendiri,
·
Mudah
dan cepat dalam mengambil keputusan,
·
Memiliki
kecakapan teknis,
·
Mempunyai
daya tarik,
·
Berwibawa.
2) Persyaratan Khusus dalam Hubungannya
dengan Ciri-ciri Khusus Masyarakat
Ciri-ciri
khusus masyarakat Indonesia adalah yang berhubungan dengan dasar negara, yaitu
Pancasila. Hal ini berarti kepemimpinan Indonesia harus berlandaskan kepada
falsafah Pancasila. Kepemimpinan yang berlandaskan falsafah Pancasila.
Kepemimpinan yang berlandaskan falsafah Pancasila berisikan azas-azas sebagai
berikut:
·
Ketuhanan
Yang Maha Esa, yaitu kesadaran akan beragama dan beriman yang teguh.
·
Hing
Ngarsa Sung Tulada, Hing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani, yang artinya:
o
Hing
Ngarsa (di depan), Tulada (teladan, contoh), yang berarti seorang pemimpin di
tengah-tengah masyarakat harus mampu memberi contoh, memberi teladan yang baik
kepada para bawahan/pengikut.
o
Hing
Madya (di tengah-tengah), Mangun Karsa (membangun semangat). Seorang pemimpin
harus senantiasa ada ditengah-tengah para pengikutnya dan mampu membangkitkan
semangat para bawahan.
o
Tut
Wuri (dari belakang), Handayani (memberikan dorongan, memberikan pengaruh),
yang berarti seorang pemimpin dari belakang ia harus mampu memberikan dorongan,
memberikan pengaruh yang baik kepada para bawahan.
Falsafah
tersebut memberikan petunjuk bahwa seorang pemimpin tidak harus senantiasa ada
di belakang terus-menerus, tetapi juga di depan, dan ada ditengah-tengah para
bawahan/masyarakat. Dengan cara demikian maka pemimpin benar-benar menyatu
dengan para bawahan/pengikut dalam keadaan atau situasi yang bagaimanapun.
·
Waspada
Purbawisesa. Artinya: waspada (berawas-awas dan berjaga, tidak lengah), dan
Purbawisesa (kekuasaan sepenuh-penuhnya). Jadi seorang pemimpin dalam
menjalankan kekuasaannya harus selalu waspada, hati-hati, mau dan mampu
mengoreksi diri sendiri dan orang lain (bawahan).
·
Ambeg
Parameta. Mendahulukan mana yang dianggap lebih penting. Hal ini berarti bahwa
seorang pemimpin harus pandai memilih dan menetapkan berbagai macam masalah,
dan dari sekian masalah itu mana yang harus didahulukan untuk mendapat
penyelesaian.
·
Prasaja.
Artinya sederhana. Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin harus bersifat
sederhana, tidak berlebihan-lebihan, sederhana dalam tingkah laku.
·
Satya,
yang artinya setia atau loyal. Hal ini berarti bahwa seorang pemimpin harus
loyal kepada bawahan, pimpinan dengan pimpinan, atasan yang bersangkutan, dan
kepada organisasi yang dipimpinnya. Loyal kepada organisasi yang dipimpin
berarti harus berusaha untuk mengembangkan, memajukan, mengamankan dari segala
macam rongrongan yang datang dari segenap penjuru, baik yang dilakukan
perorangan maupun kelompok
·
Hemat,
berarti tidak boros. Pemimpin harus mempergunakan dana yang tersedia seefesien
dan seefektif mungkin. Ia harus mampu membatasi penggunaan dana sesuai dengan
kebutuhan yang benar-benar penting.
·
Terbuka,
yang berarti pemimpin harus bersedia menerima saran atau kritik yang membangun
dari semua pihak. Ia juga harus berani mempertanggungjawabkan semua tindakannya
secara terbuka.
·
Penerusan,
yang berarti seorang pemimpin harus mempunyai kesadaraan, kerelaan, dan kemauan
untuk menyerahkan tugas dan tanggungjawab kepasa generasi penerusan untuk
melanjutkan dan mewujudkan cita-cita yang ditentukan. Untuk itu seorang
pemimpin harus mampu menyiapkan dan menciptakan kader-kader penerus berkualitas
dan dapat diandalkan.
3) Persyaratan Khusus yang Berhubungan dengan
Jenis Kegiatan atau Pekerjaan
Menurut
jenis kegiatan atau pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemimpin,
kepemimpinan dapat dibedakan menjadi kepemimpinan lini (line leadership), dan
kepemimpinan staf (staf leadership). Persyaratan bagi kepemimpinan lini berbeda
dengan persyaratan kepemimpinan staf karena fungsi lini berbeda dengan fungsi
staf. Meskipun demikian ada beberapa persamaan persyaratan yang harus dimiliki
oleh kedua jenis pimpinan itu, anatara lain:
·
Bersifat
ramah tamah, dalam tutur kata, sikap dan perbuatan.
·
Mempunyai
intelegensi yang tinggi.
·
Sabar,
ulet dan tekun dalam menghadapi masalah.
·
Cepat
dan tepat dalam mengambil keputusan.
·
Jujur.
·
Adil,
dan
·
Berwibawa.
Persyaratan
khusus bagi kepemimpinan staf akan di jelaskan dalam uraian tentang
kepemimpinan staf.
D.
Teknik Kepemimpinan
Yang dimaksud dengan teknik kepemimpinan ialah
dengan cara bagaimana seorang pemimpin menjalankan fungsi kepemimpinannya.
Teknik kepemimpinan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) macam, yaitu teknik kepemimpinan secara umum, dan teknik kepemimpinan
khusus. Teknik kepemimpinan secara umum adalah teknik kepemimpinan yang berlaku
bagi setiap pemimpin, sedang teknik kepemimpinan khusus adalah teknik
kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin yang memimpin suatu bidang
tertentu. Teknik kepemimpinan khusus akan dibicarakan lebih lanjut dalam uraian
tentang kepemimpinan staf.
Teknik kepemimpinan pada umumnya terdiri dari: (1)
teknik kepengikutan, (2) teknik human relationship, (3) teknik pemberian
teladan, semangat dan dorongan.
1)
Teknik
Kepengikutan
Teknik
kepengikutan adalah teknik untuk membuat orang-orang suka mengikuti apa yang
menjadi kehendak si pemimpin. Ada beberapa sebab mengapa seseorang mau menjadi
pengikut, yaitu:
·
Kepengikutan
karena peraturan/hukum yang berlaku.
·
Kepengikutan
karena agama.
·
Kepengikutan
karena tradisi atau naluri, dan
·
Kepengikutan
karena rasio.
Teknik
kepengikutan dapat dijalankan dengan penerangan dan propaganda.
a.
Teknik
Penerangan ialah dengan cara memberikan fakta-fakta yang objektif. Fakta
disebut objektif bila fakta-fakta itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,
jelas sumbernya, dan tidak bermaksud mengelabuhi para pengikut untuk menutupi
kesalahan pemimpin. Supaya fakta itu jelas dan berguna maka fakta-fakta itu
harus disampaikan tepat pada waktunya dan disajikan dalam bentuk yang dapat
dengan mudah dan cepat dimengerti. Penyajian fakta-fakta yang demikian
diharapkan akan dapat menimbulkan kesadaraan dan kepuasaan di kalangan para
bawahan sehingga mereka kemudian dengan sukarela mengikuti.
b.
Teknik
Propaganda. Teknik propaganda berbeda dengan teknik penerangan. Dalam teknik
penerangan pemimpin berusaha untuk memberika pengertian dan kesadaraan kepada
para bawahan sehingga mereka menjadi pengikut berdasarkan atas kesadaraan.
Dalam
propaganda, seseorang menjadi pengikut karena merasa terpaksa dan takut.
Propaganda merupakan suatu cara mengubah pikiran orang lain supaya menjadi
pengikut dengan cara-cara yang bersifat negatif, misalnya dengan intimidasi,
ancaman, menakut-nakuti, dan dengan paksaan.
2) Teknik Human Relationship
Human
relationship merupakan hubungan kemanusiaan yang bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan, baik kepuasan jasmaniah. Karena human relations bertujuan untuk
mendapatkan kepuasan, teknik human relations dapat dilakukan dengan memberikan
berbagai macam kebutuhan kepada para bawahan, baik kepuasan psikologis, maupun
kepuasan jasmaniah.
3) Teknik Memberi Teladan, Semangat dan
Dorongan
Dengan
teknik ini seorang pemimpin menempatkan diri sebagai pemberi teladan, pemberi
semangat, dan sebagai pemberi dorongan. Cara ini dapat dilaksanakan apabila
pemimpin berpegangan kepada filsafat: Hing ngarsa sung tulada, hing madya
mangun karsa, tut wuri handayani. Dengan cara demikian diharapkan dapat
memberikan pengertian dan kesadaraan kepada para bawahan sehingga mereka mau
dan suka mengikuti apa yang menjadi kehendak pemimpin.